4.2.08

Haji Masiyan

Nabi Muhammad bersabda ”Man hajja min Makkata masiyan hatta yarji’a ila Makkata katabAllohu lahu bikulli khotwatin sab’amiatin hasanatin....kullu hasanatin mislu hasanatilharom...Qila:Wa maa hasnatilharom?...Qola bikulli hasanatin mi’atu alfin hasanatin” Artinya: "Barang siapa yang haji berjalan kaki dari mekkah sehingga kembali lagi ke Mekkah. Menulis Alloh pada orang dengan tiap-tiap langkah 700 kebaikan, tiap-tiap kebaikan seperti kebaikan Tanah harom, Dikatakan: dan apakah kebaikan Tanah Harom? Tiap-tiap kebaikan dikalikan 100.000 kebaikan". 



Karena dalil diatas, kami melaksanakan ibadah haji dengan berjalan kaki dari Makkah dan kembali lagi ke Makkah

Senin, 17 Desember 2007 (8 zulhijjah 1428 H) Jam 7.00 WAS kami bersiap2 berangkat Haji miqot dari maktab. Sesuai Hadist nabi (berangkat pagi hari), sholat duhur, ashar magrib isya subuh dilakukan di mina kemudian setelah subuh baru berangkat ke arofah.

Setelah terbenam matahari keluar arofah menuju ke Muzdalifah (mabit sebentar dan ambil batu), setelah sholat subuh ke Mina untuk melempar jumroh Aqobah. Setelah mandi junub, memakai pakaian ihram dan sholat 2 rakaat lalu melafalkan ”Labbaik Allohumma Hajjan” kami bergerak ke Masjidil Haram berjalan kaki karena kesulitan mendapatkan kendaraan.

Sebagai informasi Maktab kami berada di hafair jalan Ummulquro (2.5 km dari MH/masjidilharom). Sesampai di MH kami langsung melakukan Thawaf dan Sa’i, sebelumnya tas kami titip pada ibu umi yg sedang berhalangan sholat. Kami agak kelamaan melaksanakan Thawaf dan Sa’i selain karena padat oleh manusia juga karena P.de Bin terlepas dari rombongan, walau beliau punya Hp, kita kesulitan ketemu karena beliau disorientasi MH. Setelah ketemu, jam 12.25 MH azan duhur...terpaksa duhur dulu. Setelah sholat duhur mulailah perjuangan haji masiyan menuju Mina.

Kami berjalan ke arah timur masuk melalui terowongan aziziyah yg kanan, keluar 2 terowongan ketemu jalan khusus pejalan kaki (pedestrian) yg telah beratab. Sepanjang jalan banyak orang berjualan makanan dan buah2an.

Regu kami 10 orang agak kurang kompak dalam menentukan makanan yg dimakan dan kapan makan, untunglah semua akhirnya bisa saling ridho/mengalah, yg penting kondisi fisik jangan sampai lemah. O..ya di regu kami ada 3 orang yg sudah tua (diatas 60 th) sehingga perjalanan kami jauh dibilang cepat, sangat lambat, hampir tiap 100M berhenti. Kami makan siang beli di jalan juga makan buah minum teh susu. Sholat Ashar, Magrib dan Isya kami lakukan di 3 tempat berbeda sepanjang jalan di Mina, walau sering di usir polisi karena dilarang berhenti atau duduk dijalan, kita nekat aja berhenti dan sholat di jalan. Setelah Isya kami teruskan ke perbatasan Mina – Muzdalifah dengan kondisi padat manusia yg istirahat dan tidur di jalan kami terus berjalan. Tiba2 ada informasi dari org yg balik arah, bahwa perbatasan mina muzdalifah ditutup, kami tetap meneruskan tetapi cari jalan lain atau lewat jalan mobil yg saat itu juga padat/macet.

Di perbatasan mina ada gapura raksasa dengan tulisan ”MINA ENDS HERE” kami istirahat didekatnya sambil cari makanan. Makanan sulit didapat, kebanyakan penjualnya org arab hitam atau nasi india, ya itulah yg kami makan. Anda juga tidak perlu kuatir dengan toilet dan minuman, sepanjang jalan ada ribuan toilet dan kran air minum ’pencet’. Tetapi karena ada jutaan manusia, yaa...past ada antrian. Dan lampu penerangan sepanjang jalan MasyaAllaaah buuuuuanyak sekali, terang benderang sehingga malam itu seperti siang, hanya bedanya di pedestrian lampunya putih dan di jalanan mobil lampunya kuning.

Di tengah jalan pedestrian di daerah Muzdalifah kami melihat sebuah bangunan seperti kapal besar, ternyata itu adalah Charity Restoran dari AlMoudi (mungkin seorang konglomerat arab) yang memberikan shodaqoh pada Jamaah haji mulai dari makanan kotak, biscuit, minuman dan minuman panas...Semua Gratis...MasyaAlloh. Ngasinya bukan satu, satu tas plastik ada 2 kotak dan tiap orang di beri 2 tas plastik. Sebagai informasi, sepanjang perjalanan banyak sekali container...ternyata itu shodaqoh semua.

Selasa 18 Desmber 2007 (9 zulhijjah 1428 H) Setelah sholat subuh di perbatasan Muzdalifah (MUZDALIFAH ENDS HERE) kami meneruskan ke Arafah. Pagi tgl 9 zulhijjah itu jutaan manusia melaksanakan haji dengan cara masiyan. Pagi hari kami sampai di Arofah, kami mendekat masjid Namiroh (masjid yg ada di Arofah) tetapi masih tetap berada di tanah Harom. Ternyata pintu yg dibuka yg ditengah dekat batas (lampu ijo). Jadi masjid ini berada di tanah harom (bagian depan) dan tanah halal (bagian belakang) batasnya garis lampu ijo tersebut Menurut sunah kita masih di tanah harom dulu sampai tergelincir matahari, di Masjid di tandai dengan khubah kemudian sholat duhur ashar di jamak qosor dengan satu azan 2 iqomat. Setelah selesai sholat kami menuju tanah halal.

Beberapa rekan kami dan saya membikin tenda sebelumnya di tanah halal, kami bertempat di belakang masjid. Inilah saatnya Wuquf ditanah Halal kami berzikir & berdoa .Alhamdulillah dan tanpa terasa air mata mengalir turun seakan tiada henti. Kami membaca seluruh do’a titipan teman2...Semoga Allah mengabulkan doa kami, doa teman2 kami. Disini terlihat kekuasaanNya yang Maha Besar, tidak ada bedanya antara yang kaya atau miskin, berkuasa atau rakyat biasa semuanya sama, sama mengharapkan ridhoNya dan ampunanNya.

Saat di Arofah inilah Allah turun ke langit dunia lalu membanggakan para jemaah dihadapan para Malaikat2nya dengan mengatakan "Lihatlah Umatku mereka datang menghadapku dengan rambut kusut, pakaian yang lusuh dan wajah lelah, dan dari tempat yg jauh...semua mengharap RidhaKu", Maka diampuni dosa2 jamaah walaupun sebanyak buih dilautan. Saat di Arofah mulai duhur sampai terbenam matahari adalah saat terberat bagi kami yg masiyan, karena saat ini disekitar Masjid Namiroh ada jutaan manusia, semua butuh makan, minum dan toilet, semua diantri puluhan orang. Kalau ada yg jual makanan, membelinya aja sudah rebutan, satu kran minum pencet di kerubung belasan orang, apalagi toilet diantri puluhan orang. Kalo tanpa persiapan...ini memang benar2 siksaan. 

Pukul 17.00 WAS tgl 9 zulhijjah, bersiap2 untuk keluar dari Tanah halal (Arofah). Karena kondisi sekitar Masjid Namiroh padat oleh jutaan manusia dan jalanan masih ditutup (boleh keluar setelah terbenam matahari, kami hanya bisa menunggu sambil berdiri, antrian panjang, haus dan lapar, pokoknya bener2 siksaaan deh.

 Kami istirahat sejenak di toilet pertama yg kami temui, sambil menunggu yg kebelakang kami bermusayawaroh mengenai jadwal makan. Kami menyaksikan ada regu lain yg berhenti di depan clinic centre tetapi tidak sempat menyapa (belakangan kami ketahui mas Nanang sempat muntah2 sehingga di bawa ke clinic). Setelah ketemu penjual nasi India kami makan dan istirahat sejenak kemudian meneruskan jalan ke Muzdalifah Setelah beberapa kali istirahat, jam 23.00 masuk perbatasan Muzdalifah, keadaan su padat luar biasa oleh manusia seperti di hajar aswad, jalan selebar 2x jalan tol tsb macet total karena banyak orang tidur di jalanan sehingga memblokir jalan. Kami terus merangsek kedepan dan pindah ke sebrang jalan, akhirnya dapat tempat.

Di Muzdalifah ini kami sholat Magrib & Isya di jama’ kemudian mabit/tidur sejenak. Anda tahu cara berwudhu di tempat seperti ini? Jarak toilet memang tidak cukup jauh tetapi untuk mencapainya sangat susah karena rintangan manusia, untuk kesana perjuangan tensendiri karena melangkahi puluhan orang yg tidur dempet2 kaya sarden. Saya sarankan belajarlah berwudhu dengan segelas aqua atau sebotol middle aqua. Ini banyak gunanya lhoo.. Jam 01.00 bangun, kemudian jalan lagi hingga ke perbatasan Mina.

Kami jalan sangat perlahan mengikuti orang yg paling pelan jalannya dan juga sering berhenti di toilet juga keperluan mencari batu kerikil sebanyak 70 butir. Cari batunya sebesar kelereng saja, jangan lebih besar dari itu, kasihan kalau nyasar kekepala orang lain karena saking semangatnya kita melempar "setan". Pada perjalan balik ini, di daerah Muzdalifah kami bertemu kembali dengan Charity Restoran dari AlMahmud AlMoudi yang memberikan shodaqoh pada Jamaah haji mulai dari makanan kotak, croissant, payung, biscuit, minuman dan minuman panas & kantong kecil buat tempat kerikil...Semua Gratis...MasyaAlloh. Ngasinya bukan satu, satu tas plastik ada 2 kotak dan tiap orang di beri 2 tas plastik.....Subhanalloh. Sampe kami yg menerima keberatan membawanya, Akhirnya kami shodaqohkan lagi pada orang lain. Saya tidak tahu apakah jamaah haji yg berkendraan juga dapat shodaqoh seperti ini.

Sebagai informasi, sepanjang perjalanan banyak sekali container...ternyata itu shodaqoh semua......MasyaAlloh...Memang bener-bener Negara kaya. Setelah sholat subuh di perbatasan Musdalifah – Mina kami teruskan masuk ke Mina. Satu Km menjelang Jumroh banyak polisi yg merampas tas jamaah haji terutama yg besar2, Maksud mereka baik, supaya tidak menghambat saat melempar jumroh nantinya. Tetapi tentunya akan susah menemukan tas itu lagi, selain tempat perampasannya banyak sekali juga tempat penitipan semuanya penuh serta tas2 yg ada di tumpuk begitu saja. Lagi pula untuk kembali ke tempat semula perlu jalan memutar karena perlakuan jalan semuanya satu arah seperti jalan tol. Ternyata ada salah seoranga anggota regu kami yg di rampas ransel dan tas tenteng kreseknya. Yaa....sebaiknya direlakan saja. Tetapi ada sati trik, saya menutupi tas ransel saya dengan kain ihrom dan tas kresek saya kecil2 berisi buah....Alhamdulillah tidak dirampas polisi. Di tempat perampasan inilah regu kami yg 10 orang terpisah menjadi 2 grup. Yang ikut saya tinggal istri, Sukaeri & istri serta P de Bin group lain Nurjen & istri, warsito & istri dan Parjo. Rabu 19 Desember 2007 (10 zulhijjah 1428 H) 08.30 WAS tgl 10 zulhijjah kami melempar jumroh Aqobah yg saat ini bentuknya sudah berbeda dibanding 10 th yll. Bentuknya saat ini besar dan panjang seperti perahu. Jalanan yg kami lewati ternyata terarah ke lantai 2...yaa ga pa lah. Cuma saat melepar kami membentuk barisan seperti keretaapi. Saat menuju mendekat jumroh Aqobah barisan kami di potong rombongan org hitam, akhirnya bu Ummi yg berada paling belakang ...terpisah & Hilang..Belakangan kami ketahui beliau ditolong orang Indonesia lainnya dan di bawa ke maktab Indonesia di Mina (sesuai kartu maktabnya, no 29). Group saya tinggal 4 org akhirnya berjalan ke arah sebaliknya yaitu ke Masjid Mina, kami masih sempat sms Nurjen supaya bisa bersama lagi. Setelah bertemu Nurjen ternyata 2 org di groupnya (Parjo & Warsito) juga terlepas/hilang saat melempar Jumroh Aqobah. Kami kehilangan kontak dengan mereka (mereka tidak ada hp). Kami pasrah dan sangka baik pada Alloh mudah2an mereka selamat. Setelah makan nasi India SAR 10 dekat masjid Mina {yg belinyapun berebut seperti di hajar aswad) kami putuskan kembali ke Makkah untuk Thawaf Ifadoh melewati terowongan King Abdul Aziz – Aziziyah.

Di perjalanan kami mampir di salah satu masjid umum untuk tahalul/cukur gundul. Tiba2 kami menerima telpon dari Bu Ummi ”saya ditolong polisi & orang Indonesia dan dibawa ke maktab 29 di Mina sesuai kartu saya” Gitu katanya. Legalah kami mendengarnya. Kami balas supaya tetap disana & nanti/besok InsyaAlloh akan kami jemput. Kemudian kami meneruskan jalan lagi ke daerah pedestrian yg beratap di aziziyah sambil menikmati shodaqoh dari kontainer Raja Fahd. 19.00 sampai di MH mandi dan lukar (ganti pakaian biasa) kami sholat magrib yg terlambat dan Isya diteruskan dengan thowaf ifadoh bergantian karena sebagian masih di toilet dan jaga tas. Selesai thowaf hampir tengah malam, sebenarnya kami ingin meneruskan ke Maktab di hafair tetapi karena kondisi sudah lelah, apalagi kemungkinan maktab di kunci, kami istirahat sejenak di pinggir jalan depan pintu no. 55.

Setelah mempertimbangkan keperluan ke maktab hanya untuk menaruh tas, akhirnya di putuskan menaruh tas di Luggage Locker depan MH sebrang hotel Dar Altauhid karena selanjutnya kita harus mabit ke Mina (Wajib tidak bisa diwakilkan).. Kecuali Nurjen kami semua menitipkan tas di Luggage Locker yg biaya perlima jamnya SAR 25. Kami menunggu kendraan yg bisa membawa ke Mina karena Masiyan sudah selesai (sudah kembali ke Mekkah), semua kendraan yg kami cegat baik taxi, omprengan taxi & angkot meminta ongkos yg mahal dan kebanyakan tidak mau kearah Mina karena Macet. Ada omprengan yg minta SAR 500 (Rp. 1.250 jt) padahal jaraknya cuma 6 Km (Mina).

 Sebelum berangkat ke Mina, terjadi debat mulut suami istri ketua regu kami, karena sang istri sudah tidak kuat jalan tetapi kalau naik kendraan...muntah. Akhirnya pukul 00.30 dinihari kami jalan kaki lagi ke Mina. Walau susah payah sang istri tsb jalan juga tapi tentunya jauh tertinggal dibelakang, jam sudah dini hari 01.30 sementara kita Harus mencapai Mina. Menjelang ”MINA START HERE” atau tanda memasuki mina, Nurjen memutuskan menunggu istrinya yg ketinggalan di belakang. Sisa nya tetap jalan dengan perjanjian nanti ketemu dekat jumroh sambil mengibarkankan bendera yg kami bawa.

 Di Mina kami cari tempat mabit (tempat untuk tidur) yg dekat2 saja setelah perbatasan, tetapi polisi dengan tegas melarang setiap jamaah istirahat/berhenti di sepanjang jalan. Kami menemukan tempat di atas (naik anak tangga ke arah gunung) depan Jumroh Aqubah dekat dengan markas askar2. Setelah gelar tikar dan tidur kami lupa mengibarkan/mendirikan bendera, tetapi juga percuma kalau dikibarkan tidak akan kelihatan dari bawah karena agak masuk kedalam (bukan dipinggir).

 Karena lelah kami tertidur...sak tiduran. Saya terbangun karena kedinginan maklum nekat ga pakai jaket, ternyata Mina lebih dingin dari Mekkah dan anginnya bertiup agak kencang, Saya lihat jam 03.30, lapar....cari makanan, Saya ingat sebelum jumroh tadi kami melewati beberapa restoran fastfood seperti ”Albaik & Chicken Centre”. Saya kembali kearah restoran tersebut tetapi dilarang polisi karena melawan arus, walau sepi tetap dilarang. Saya ambil jalan memutar (semua jalan diberlakukan searah), Albaik tutup, beli di Chicken Centre satu paket SAR 15 isinya 3 potong ayam roti dan kentang goreng, minumnya pepsi. Setelah makan kami putuskan kembali ke Mekkah untuk mengambil tas kemudian ke Maktab, kami sholat subuh di pedestrian aziziyah.

 Kamis 20 Desember 2007 (11 zulhijjah 1428 H) 08.30 pagi kami sampai juga ke Maktab (hotel sederhana/flat) 29 di hafair (sebenarnya sudah dekat sittinn). Sampai di depan pintu kamar maktab, kami melihat tas pasport Parjo dan Ihrom Warsito di depan pintu dan kamar mandi, berarti 2 orang hilang (terlepas dari regu kami) ini telah mencapai maktab tetapi orangnya tidak ada, kami berprasangkan baik mungkin dia langsung ke Mina untuk melempar Jumroh ba’da duhur nanti. Sempat makan Indomie dan tidur di maktab, setelah sholat duhur kami naik taxi omprengan SAR 20 ke Mina melalui aziziyah turun di suuk salam (deket AlHuud) kemudian jalan kaki melewati terowongan King Abdul Aziz menuju jumroh di Mina.

Menjelang Masjid Mina istri saya kelaparan karena tadi tidak makan, cari makan...belinya sak perjuangan sendiri karena berebut, SAR 10 nasi ayam, nasinya banyak sekali dan butirnya besar2. Anda tahu nasi di Arab? Nasinya seperti nasi goreng tetapi di campur kulitmanis dan cengkeh, iwaknya ayam bakar/goreng/daging. 15.30 baru bisa melontar 3 jumrah Ula, Wusthaodan Aqobah dengan batu kerikil yg sudah kami siapkan (hari ini adalah hari tasyrik). Kenapa kok lama sekali baru sampe? Karena untuk ke 3 Jumroh tersebut dari arah terowongan King AA, kita harus ambil jalan memutar (ikut arus dulu kearah muzdalifah) dan baru masuk kearah Jumroh Urutan melempar adalah Jumroh Ula, Wustho (terletak di tengah-tengah antara jamrah Ula dan jumrah Aqabah) dan Jumrah Aqabah (terjauh dari arah Masjid Mina). Sambil melempar melafalkan ”Bismillah Allohuakbar” dan setelah melempar Jumroh Ula dan Wustho berdo’a, Aqobah tidak.

 Pahala orang melempar Jumroh, diHadist dikatakan, ”Tiap satu lemparan diampuni dosa besarnya” Tempat melempar Jumroh di Ula, Wustho dan Aqobah sekarang sangat lapang dan luas, anda tidak usah takut berdesakan lagi. Ada 3 lantai dan setiap tempat lempar jumroh sudah berbentuk dinding besar (memanjang seperti kapal). Setelah melempar 3 Jumroh kami ke Mina untuk menjemput Bu Ummi di maktab Indonesia no 29 Mina. Jalan cari maktab ini tidak mudah, setelah tanya2 polisi (yg kebanyakan tidak tau dimana kemah Indonesia) kami tanya pada orang2 Indonesia yg lewat, akhirnya kami diarahkan ke terowongan Mina barulah ketemu kemah Indonesia (banyak bendera merah putih). Kami bertanya pada petugas kesehatan yg sedang berdiri di depan kantornya, setelah melihat peta ditunjukkan lokasi maktab 29 yg terletak di pojok sebelah Masjid Kuwait Mina.. 18.00 sampai di depan maktab 29 tidak diperbolehkan masuk oleh penjaganya karena saya tidak bawa kartu identitas maktab, oleh jemaah haji indonesia kami disarankan masuk dari pintu samping yg tidak berpenjaga.

 Setelah kedalam Maktab kami kebingungan mencari kamar/ruangan yg ditempati teman2, telpon Bu Ummi juga ga di angkat2. Setelah tanya sana-sini dan menunggu/mengobrol dengan beberapa org, kami disapa oleh Bu Jabbar kemudian diantarkan ke kamar teman2. Karena saya membawa P. De Bin yg sepuh kondisi badannya mulai demam dam batuk2, kami putuskan ikut maktab 29 saja selain makanan terjamin juga bisa merawat P. deBin yg sakit karena ada dokter kloter disana. 

Alhamdulillah saya yg terkena flu bisa berobat juga. Di Mina kami bermalam 2 malam, cukup banyak makanan disini walau harus antri tiap jam makan (prasmanan) juga banyak indomie cup, minuman kotak dan buah tersedia disini. Nasehat dari tim kesehatan ’jangan minum minuman kotak karena bisa bikin batuk’. Toilet cukup memadai, Cuma harus antri juga tapi semua org indonesia. Tanggal 13 zulhijjah atau hari terakhir di Mina ketua kloter bilang ”Kalau mau ikut bis kembali ke Maktab, harus sudah siap jam 12.30 dan disarankan melempar jumrohnya pagi hari saja”. Melempar 3 Jumroh pada pagi hari tidak boleh maka kami lebih memilih melempar setelah tergelincir matahari kemudian jalan kaki ke Mekkah sekalian menemani bu Ummi yg belum selesai masiyannya. Oleh karena Parjo & Warsito belum ada kabarnya, saya Nurjen dan Sukaeri dapat amanat untuk mewakili melemparkan jumroh untuk mereka (sukaeri mewakili P. deBin yg sakit). O..ya setelah kami terpisah dengan nurjen di ”Mina Start Here” kami kehilangan komunikasi dengan beliau dikarenakan semua batere HP habis dan lupa/ga bawa charger (Nurjen juga demikian). Saran...untuk pembaca bawalah charger anda saat masiyan karena ternyata di setiap toilet ada banyak sekali stop kontak listrik yg bisa digunakan atau membeli charger yg memakai batere SAR 10 (banyak yg jual).

 Belakangan kami ketahui ternyata nurjen pun terpisah dengan istrinya, syukurlah mereka akhirnya bisa ketemu di maktab 29 Mina paginya setelah melalui perjuangan tanya sana-sini. Sambil merawat P. deBin kami melakukan lempar 3 jumroh tgl 12 dan 13 setelah tergelincir matahari (ambil nafar sani) Selesailah perjalanan Haji masiyan selanjutnya hari yg tersisa di Mekkah (sebelum berangkat ke Madinah) akan kami isi dengan memperbanyak ibadah di MasjidilHarom seperti Thawaf sunnah 50 kali, umroh sunnah, sholat wajib 5 waktu, baca/khatam Qur’an, berdo’a di multazam, mencium hajar aswad, sholat di hijir ismail & sholat lail. Untuk Hajar aswad kami lakukan hari terakhir karena suasana MH mulai lengang.

Sebelum ke Madinah kita melakukan Thawaf Wada' (dilakukan waktu akan meninggalkan kota Makkah, baik akan pulang ke Tanah Air atau akan ke Madinah). Kalau sudah thawaf wada’ dilarang kembali lagi ke MH)

 Demikianlah, limpahan pahala orang yg berhaji, saran kami apabila anda dapat maktab agak jauh seperti kami, tidur hanya setelah subuh (pulang ke maktab) kemudian duhur, ashar, magrib, isya dan subuh berada di MH. Disela waktu tsb anda bisa makan keluar dan beli oleh2. Di depan MH ada mall (dibwah Hilton hotel), ada supermarket bin dawood, kentucky, alfaqieh fried chicken, kebab atau nasi india (depan pintu 51) serta minuman favorite saya teh susu. Kalo ga masak..beli aja...Living cost anda masih cukup ko’..Jangan lupa Jaga kesehatan Semoga manfaat dan barokah H. Muhammad Yusuf (Alex)

No comments: