31.10.07

Mengapa Ada Perbedaan 1 Syawal antara Jakarta dan Mekkah?

Suatu saat sahabat dari Arab telpon ke Indonesia, mereka mengabarkan kalau di Saudi hari raya-nya jatuh pada hari Jumat. Si penelepon nyletuk, kok Indonesia hari sabtu sih, nggak ngikutin Mekah?

Kita jadi berpikir kenapa kita beda dengan Arab Saudi ya?

Sebagaimana kita tahu bahwa penentuan hilal atau tanggal dalam kalender islam itu berdasarkan rukyat. Perhitungan kalender islam didasarkan perputaran bulan mengelilingi bumi, bukan berdasarkan pada hitungan bumi mengelilingi matahari. Oleh karena itu, pergantian hari dihitung selepas maghrib. Misal, yang dimaksud dalam hadist Nabi, hari Jumat adalah terhitung mulai hari Kamis selepas maghrib sampai Jum’at sebelum maghrib. Bukan seperti pemahaman umum yang menyatakan pergantian hari pada jam 12 malam atau jam 24.00.

Dan rukyat ini dipengaruhi oleh posisi geografis dan kondisi cuaca setempat. Kita tahu bahwa posisi kita – Indonesia – dengan Saudi itu berbeda.

Dibawah ini dijelaskan oleh Pak Bambang Eko uraian secara jlentreh tentang hal diatas, mudah-mudahan bisa membuat pemahaman kita tentang penanggalan ini menjadi luas dan jelas

MENGAPA BISA TERJADI PERBEDAAN AWAL PUASA

ANTARA JAKARTA DAN MEKAH?

(Penjelasan Secara Orang Awam)

1. Berdasarkan dalil, perhitungan puasa adalah dengan rukyat (melihat bulan). Pada saat akan memasuki bulan Ramadhan, kalau pada saat matahari terbenam sudah terlihat bulan baru (new moon, hilal) di ufuk barat, maka besoknya kita puasa. Kalau hilal belum kelihatan, besoknya kita belum puasa.

2. Perbedaan awal waktu puasa antara Jakarta dan Mekah bisa terjadi karena perhitungan puasa menggunakan kombinasi sistem Qomariyah dan sistem Syamsiyah. Mulai puasa (tanggal 1 Ramadhan) dengan dasar melihat pergerakan bulan (sistem Qomariyah) tetapi waktu (jam) puasa dengan dasar melihat pergerakan matahari (sistem Syamsiyah).

3. Seperti kita amati bersama, bulan baru / new moon / hilal terbit di ufuk barat pada saat matahari baru terbenam. Semakin hari, bulan akan tampak semakin tinggi di langit. Dengan kata lain, bulan terlihat bergerak dari barat ke timur, sehingga kira-kira 14 hari setelah hilal, bulan purnama akan terbit di ufuk timur pada saat matahari terbenam.

4. Periode rata-rata dari hilal ke hilal berikutnya adalah 29,530588 hari.

5. Yang kita lihat, bulan menempuh 360o langit dalam 29,530588 x 24 jam = 708,73411 jam.

6. Berarti dalam satu jam bulan terlihat naik (bergerak dari barat ke timur) sebesar 360o / 708,73411 = 0,507948o.

7. Beda waktu antara Jakarta dan Mekah adalah 4 jam (Time zone Jakarta adalah GMT + 7,00 sedangkan Mekah GMT + 3,00).

8. Kalau mau agak persis mah, perhitungannya begini: Posisi kantor saya di Jakarta: 06o 14,376’ S – 106o 47,730’ E atau 6,240o S – 106,796o E. Posisi Ka’bah: 21o 25,355’ N – 39o 49,570’ E atau 21,423o N – 39,826o E. Beda derajat bujur adalah 106,796o – 39,826o = 66,970o. Matahari menempuh 360 derajat bujur keliling bumi dalam 24 jam. Maka beda 66,970 derajat akan memunculkan beda waktu sebesar (66,970 / 360) x 24 jam = 4,465 jam. Sebagai perbandingan, bisa dilihat jadwal waktu sholat Magrib di www.islamicfinder.com pada tanggal 05 Januari 2007. Di Jakarta, Magrib jam 11:12 GMT, di Mekah 14:53 GMT. Ada beda waktu 3 jam 41 menit atau 3,683 jam. Supaya tidak tambah ruwet, karena ini perhitungan cara awam, kita ambil saja beda waktu 4 jam.

9. Dalam 4 jam, bulan akan terlihat naik setinggi 4 x 0,5079478o = 2,031792o.

10. Secara astronomi, hilal baru akan nampak bila posisinya (perhitungan matematik) 2o di atas horizon / cakrawala. Bila posisinya kurang dari 2o, maka hilal belum nampak, sekalipun memakai teropong bintang (ini kata Pak Bambang Hidayat dari jurusan Astronomi ITB, yang juga sebagai Kepala Observatorium Boscha, Lembang).

11. Katakanlah pada suatu hari (umpamanya hari Kamis), pada saat matahari terbenam di Jakarta, hilal berada di posisi kurang dari 2o di atas horizon. Kita ambil contoh, persis di horizon (posisi 0o di atas horizon). Berarti di Jakarta belum tampak hilal pada hari Kamis itu.

12. Berdasarkan dalil, orang di Jakarta belum puasa pada keesokan harinya (hari Jum’at).

13. Empat jam kemudian (hari Kamis itu juga), di Mekah matahari terbenam.

14. Selama 4 jam itu, bulan sudah naik sebanyak 2,031792o.

15. Maka pada saat matahari terbenam di Mekah, posisi hilal adalah 0o + 2,031792o = 2,031792o di atas horizon. Karena sudah di atas 2o, berarti saat itu di Mekah hilal sudah tampak!.

16. Berdasarkan dalil, besoknya (hari Jum’at), orang di Mekah sudah mulai puasa sedang di Indonesia belum!

17. Pada saat matahari terbenam di Jakarta hari Jum’at, atau 24 jam kemudian, posisi hilal di Jakarta adalah 24 x 0,507948o = 12,190752o. Maka berdasar dalil, orang di Jakarta baru akan puasa pada hari Sabtu.

18. Orang Mekah mulai puasa hari Jum’at, dan orang Jakarta mulai puasa hari Sabtu, kedua-duanya benar berdasarkan dalil.

19. KESIMPULAN: Sangat mungkin terjadi perbedaan awal waktu puasa antara Jakarta dengan Mekah! Juga antara tempat-tempat lain yang berbeda kordinat, misalnya Medinah dan Syam.

CATATAN:

  1. Berhubung ini hitungan awam yang tidak memerlukan ketelitian tinggi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi hasil perhitungan waktu seperti garis lintang, earth axis inclination, earth axis precession, bidang ekliptika lintasan bulan, dan sebagainya, tidak disertakan karena besarannya tidak dominan.
  2. Penjelasan di atas tidak hanya berlaku untuk perbedaan awal puasa Ramadhan saja, tetapi bisa berlaku untuk puasa yang lain, semisal puasa Arofah. Atau event kalender Qomariyah yang lain seperti wukuf, dan sebagainya.

SUMBER BACAAN:

  1. Almanak Nautika, Tahun 1989.
  2. Mark’s Standard Handbook for Mechanical Engineers, 5th Edition: ”The Tide: Effects of the Moon’s Gravitational Pull on the Earth”.
  3. Situs Islamic Finder, www.islamicfinder.com.

PERALATAN:

Magellan GPS Receiver Type Explorist 100.

H.Bambang Eko

23.10.07

Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1428 H

Siapakah yang mengetuk pintu di malam buta?

Siapakah yang merangsek masuk di kegelapan?

Siapakah yang datang bersama segala kesenangan?

O dosa yang tak terasa!

Salah yang tak teraba

Alpa yang tak tersangka

Dosa yang mengalir bagai air bah!

Dosa yang menumpuk bagai cucion kotor setahun penuh…

Akankah kiranya, di hari ini

Segala alpa, salah dan dosa itu… terampunkan?

Akankah segala kotor dan noda itu sungguh dibersihkan?

Dan pengampunan,

Cukupkah ia diminta,

Atau harus dibeli dengan tebusan amal kebajikan?

Hari ini, disebut-sebut sebagai hari yang Fitri, Hari yang suci Akankah segala salah dan dosa berguguran dengan sendirinya?

Akankah setiap hati iklhas memberi?

O segala pertanyaan yang menggumpal di dada!

Segala galau dan keresahan yang menyesakan jiwa!

Semoga benarlah kiranya,

Ke Fitrian hari ini mampu melonggarkan hati Menenteramkan fikiran Memunculkan senyuman Mengalirkan ketulusan Ketika setiap orang berkata:

Taqobballahu minna wa minkum!

Minal aidin wal faizin!

Kembalilah suci setiap jiwa di hari ini, Hari di mana setiap ruh mensucikan diri dari segala resah…

Allahu akbar, Allahu akbar.. wa lillahil hamdu

Selamat Idul Fitri, saudaraku!

Selamat merayakan kemenanganmu

Maafkan segala khilaf dan salahku…