22.11.07

Akhlaq dan Kedermawanan

Beberapa saat yang lalu saya menemukan sebuah hadist yang sangat menggugah ghiroh saya. Pengin tahu hadistnya? Simak baik-baik petikannya berikut.
Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Asaakir, dari Jabir bin Abdillah RA, dari Rasulullah SAW, Allah berfirman, ''Inna hadza diinun irtadloituhu linafsi, lan yushlihahu illaa as-sakhoo-u wa husnul khuluq, fa akrimuuhu bihima maa shohibtumuuhumaa. Artinya; “Inilah agama yang Aku ridhai untuk diri-Ku. Tidak ada yang mampu membuatnya bagus, kecuali kedermawanan dan akhlak yang bagus. Karena itu, muliakanlah agama ini dengan yang dua itu dengan kamu menemani (melestarikan) keduanya.''
Hadist qudsi ini seolah menyimpulkan beberapa hadist yang telah kita dengar dan pelajari. Misal di K. Adab diterangkan bahwa tujuan kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak. Bu’istu li utammimal akhlaq. Atau hadist lain yang menerangkan ketika Nabi SAW ditanya siapakah mukmin yang paling afdhol Nabi? Nabi SAW menjawab, “Yang paling baik akhlaqnya.” Dalam hal ini kenapa kok akhlaq? Inilah keterangannya.
Di dalam akhlak itu 'melayani' dua matra: hablun minallah (hubungan dengan Allah) dan hablun minan naas (hubungan dengan sesama manusia). Tidak dapat disebut berakhlak mulia kalau kedua matra itu tak terlayani dengan sebaik-baiknya. Bukan akhlak mulia bila keshalihan ritual tanpa dibarengi keshalihan sosial atau sebaliknya. Sama halnya dengan khusyuk (merendahkan diri di hadapan Allah), tak dapat dipisah dari tawadhu (berendah hati di hadapan makhluk).
Mengapa kedermawanan? Sebab harta adalah titipan Allah. Titipan itu bisa benar-benar menjadi anugerah kalau manfaatnya mampu menetes kepada lingkungan. Bagi seorang mukmin, segala isi dunia ini, termasuk harta, harus berfungsi ibadah. Ibadah berarti infak. ''Wa mimmaa rozaqnaahum yunfiquun, dan sebagian dari yang Kami anugerahkan, mereka infakkan: derma.'' Sungguh merugi, hartawan yang tidak demawan. Rugi diri sendiri, rugi pula masyarakatnya.
Akhlaq merupakan intern manajemen sedangkan dermawan adalah external manajemen. Jadi lakukan pengelolaan terhadap pemberian yang bersifat inert – bawaan kemudian baru melakukan manajemen terhadap pemberian. Hal ini akan mudah kita pahami kalau kita sepenuhnya memahami hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad, Sesungguhnya Allah membagi akhlaq kalian seperti Allah membagi rejeki pada kalian.
Jadi, akhlaq dan kedermawanan ini memegang peran penting dalam keberkahan umat. Dalam sebuah hadisnya Rasulullah SAW bersabda, bahwa di antara empat hal yang menentukan tegaknya dunia (masyarakat) adalah dermawannya kaum berpunya, di samping ilmunya para ulama, hadirnya pemimpin yang adil, dan doanya orang miskin.

No comments: