2.5.07

Tholabul Ilmi

Memang asyik jika berkumpul dengan orang yang shalih. Sungguh menyenangkan meluangkan waktu berkumpul dengan ahli ilmu. Seperti dinasehatkan Lukman kepada anaknya: "Hai anakku; bergaullah rapat dengan orang yg alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya kerana sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata-katanya, bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan." Ngangsu kaweruh. Itulah kosa kata yang sering digunakan Mbah Salim dalam kesehariannya. Kalau di Indonesiakan artinya kurang lebih menimba ilmu. Bahasa hadistnya Tholabul ilmi. Apapun istilahnya, keseharian bersama Mbah Salim sangatlah bermakna, menyenangkan dan membuat rindu. Ingin dan ingin terus bersama. Simaklah cerita-ceritanya yang eksklusif, jarang pula kita mendengarnya. Walaupun sudah pernah mendengarnya terkadang terkesima karena penyampaiannya. Waktu itu, Mbah Salim bercerita tentang Imam Ghozali. Suatu hari, Imam al-Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu beliau bertanya beberapa hal kepada murid-muridnya itu. Pertama, "Coba katakan: Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?." Murid-muridnya saling berebut jawaban, ada yang menjawab: orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Bahkan ada yang bilang Allah, sebab Allah lebih dekat dari urat lehernya. Tetapi apa jawaban Imam Al-Ghozali, beliau menjelaskan bahwa semua jawaban itu benar. Tetapi sesungguhnya yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan". (QS. Ali Imran 185) Lalu Imam al-Ghazali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Itulah jawaban yang mencerminkan keumuman cara berpikir manusia. Lalu Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan itu benar. Tapi yang paling benar, ujarnya, adalah "MASA LALU." Bagaimanapun kita, sehebat apapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama. "Dan demikian itulah hari-hari - masa itu - Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim" (QS Ali Imron : 140). Lalu Imam al-Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Nafsu". "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai". (QS. Al- a'araf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka. "Dan aku tidak membebaskan nafsuku, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang". (QS Yusuf:53) Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawab baja, besi, gajah, gunung dan lain-lainnya. Semua jawaban itu benar, kata Imam Al-Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya. "Sesungguhnya Kami telah mendatangkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh", (QS. Al Ahzab 72). Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?". Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam al-Ghazali. Namun menurut beliau yang paling ringan di dunia ini adalah 'meninggalkan SHALAT'. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan shalat, gara-gara meeting kita juga tinggalkan shalat. Pokoknya gampang dan ringan sekali orang untuk meninggalkan shalat ini. "Maka kecelakaanlah (neraka wail) bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS. Al-Maaun; 4-5). Lantas pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang. Benar kata Imam al-Ghazali. Tapi yang paling tajam adalah "lidah MANUSIA". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Oleh karena itu Nabi bersabda: " "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau diam". (Alhadist). Betapa indahnya, lantunan kata-kata lewat cerita Mbah Salim itu mengguyur sanubari kita. Ngangsu kaweruh, memang tidak kenal papan, empan, adepan. Dimana pun dan dengan siapa pun, jika yang disampaikan itu kalimat hikmah pasti akan menancap dan nandes di hati.

No comments: